Setelah Raja Louis XV wafat, secara
otomatis Putra Mahkota Louis August naik tahta menggantikan mendiang kakeknya.
Seluruh rakyat Prancis bersuka cita dan berharap hidup mereka akan lebih mudah
dengan Raja baru yang memimpin mereka. Pada tanggal 11 Juni 1775, di Reims
Cathedral, diselenggarakanlah penobatan raja Prancis yang baru dengan Gelar
Raja Louis XVI. Sesuai tradisi, Louis XVI berjalan sendirian di tengan menaiki
40 anak tangga dan di mahkotai. Dengan begitu Louis XVI sah menjadi raja
Prancis, sedangkan istrinya Marie Antoinette menjadi ratu Prancis. Saat itu
usia mereka begitu muda. Raja Louis XVI baru berusia 19 tahun sedangkan Ratu
Marie Antoinette berusia 18 tahun. Sebuah beban dan tanggung jawab yang sangat
berat harus mereka pikul mulai saat itu hingga seterusnya.
Pada hari itu juga, setelah upacara
penobatan Raja dan Ratu baru mengunjungu Sekolah Louis Le Grand untuk
menyaksikan pidato ucapan selamat. Di sana seorang pemuda berwajah pucat
membacakan pidato ucapan selamat. Pemuda itu menarik perhatian Raja Louis XVI.
Sang raja pun penasaran, dan menanyakan nama pemuda pucat tadi kepada salah
satu ajudannya. Dari ajudannya tersebut, diketahui nama pemuda pucat tadi
adalah Maximillien d’Robespierre dari jurusan Hukum. Robespierre inilah yang
kelak menjadi pemimpin revolusi prancis di kemudian hari.
Di sudut kota Paris, rakyat masih saja
membicarakan harapan mereka dengan adanya raja baru, harga kebutuhan hidup akan
menurun. Seorang gadis muda bernama Rosalie mendengar pembicaraan mereka. Dalam
hati kecilnya dia juga berharap semua itu benar. Dia merasakan sulitnya mencari
uang untuk makan, sementara ibunya masih saja sakit-sakitan. Karena terlalu
sibuk berpikir, Rosalie tidak memperhatikan ada kereta kuda melaju cepat dari
arah belakang. Dia menyingkir ke pinggir jalan dan terjatuh. Hampir saja dia
tertabrak. Namun dia sempat melihat seorang gadis muda yang duduk di dalam
kereta kuda itu. Dia terkejut karena gadis itu adalah Jeanne, kakaknya. Karena
penasaran, Rosalie mengikuti kereta kuda tersebut. Hingga akhirnya kereta kuda
itu berhenti di depan sebuah rumah megah milik seorang bangsawan. Awalnya
Rosalie tidak yakin bahwa yang dia lihat itu adalah kakaknya. Kemudian Rosalie
memasuki pekarangan rumah itu dan mengintip ke dalam melalui jendela. Dia melihat
Jeanne sedang tertawa. Setelah melihat dari dekat, dia yakin itu adalah
kakaknya. Namun Rosalie tidak dapat masuk ke dalam rumah itu, karena dia tidak
ingin Jeanne dipermalukan dengan dirinya dan pakaiannya yang kotor. Maka
Rosalie pun pulang ke rumah.
Sementara itu, Jeanne sangat disayang oleh
bangsawan pemilik rumah megah itu, Marquise Brandvillier. Wanita separuh baya
itu mengajari Jeanne segala sesuatu yang harus dipelajari oleh gadis bangsawan,
dan dia senang sekali karena Jeanne belajar dengan cepat. Dia berkata Jeanne
akan diterima di kalangan bangsawan sebagai gadis yang baik. Namun Jeanne yang
diam-diam memiliki sifat yang tamak, tidak puas dengan hanya mendapatkan
hidupnya yang sekarang. Dia memimpikan hidup seperti seorang ratu di istana Versailles,
dan dia akan melakukan apa saja untuk mencapai impiannya itu.
Saat itu prancis yang telah mendapatkan
raja baru, belum juga merasakan perubahan. Sepertinya harapan rakyat tidak atau
paling tidak belum terwujud. Harga kebutuhan masih saja mahal. Dengan perut
kelaparan, Rosalie berjalan kesana-kemari mencari pekerjaan untuk membeli
makanan dan obat untuk ibunya. Akhirnya dia memberanikan diri untu mendatangi
Jeanne untuk meminta bantuan. Jeanne menyambut Rosalie dengan hangat. Rosalie
lega karena Jeanne ternyata tidak mengusirnya. Dia bahkan mengajak Rosalie
masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah itu ternyata sedang kedatangan tamu para
wanita bangsawan. Kepada para wanita itu, Jeanne mengatakan bahwa Rosalie
adalah pembantunya di desa yang datang mengunjunginya untuk meminta bantuan.
Jeanne kemudian menyuruh Rosalie menunggu di ruangan sempit yang penuh dengan
sarang laba-laba. Namun tiba-tiba saja masuklah seorang pria dengan cambuk di
tangannya. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Nicolas de la Motte, pacar
Jeanne. Nicolas ingin memberi perhitungan pada Rosalie agar tidak mengancam
Jeanne lagi. Rosalie terkejut, dia tidak merasa mengancam Jeanne. Nicolas
mencambuki Rosalie. Dengan penuh luka fisik dan luka di hatinya Rosalie pun
pergi meninggalkan kediaman Jeanne.
Jeanne yang menyaksikan Rosalie berjalan
menjauh, tertawa puas. Dia yakin Rosalie tidak akan berani kembali menemui
dirinya lagi. Tidak di saat dia harus menonjolkan dirinya di antara kalangan
bangsawan. Dia tidak ingin orang yang mengetahui masa lalunya ada di dekatnya.
Sedangkan Nicolas de la Motte adalah seorang pria bodoh yang tergila-gila pada
Jeanne dan mau melakukan apa saja untuknya. Maka Jeanne pun menyusun rencana
dan memanfaatkan Nicolas untuk membantunya melaksanakan rencana selanjutnya
yaitu mendapatkan harta Marquise Brandvillier.
Hari sudah malam, namun Rosalie masih
berkeliling mencari pekerjaan. Kini dia sudah tidak memiliki uang sepeser pun.
Bahkan untuk membeli roti pun dia tak punya. Di tengah jalan, dia menabrak Count
Mirabeau yang sedang mabuk. Count
Mirabeau memarahi Rosalie, namun kemarahannya berhenti tiba-tiba ketika dia
melihat wajah Rosalie. Dia mengajak Rosalie ke rumahnya, dan akan membayarnya
dengan harga mahal. Rosalie merasa terhina dan menampar Count Mirabeau.
Tiba-tiba salah satu pengawal Count Miraeau memanggilnya, dan membawa Count
Mirabeau yang mabuk pergi dari situ. Sepeninggalan mereka, kata-kata Count
Mirabeau tadi masih terngiang-ngiang di telinga Rosalie. Dia sangat membutuhkan
uang. Namun dia takut untuk melakukan pekerjaan seperti yang ditawarkan Count
Mirabeau tadi.
Sebuah kereta kuda mewah milik seorang
bangsawan datang ke arah Rosalie. Tanpa piker panjang, Rosalie pun menghadang
kereta kuda itu. Rupanya itu adalah kereta kuda milik keluarga de Jarjayes.
Oscar, putri bungsu Jendral Jarjayes beserta temannya Andre Grandier ada di
dalam kereta tersebut. Karena terkejut melihat gadis muda dengan pakaian kotor
itu, Oscar pun menyuruh sang kusir berhenti. “Tuan, kumohon. Belilah saya untuk
semalam”, kata Rosalie dengan takut-takut. Oscar kaget, rupanya gadis itu
menyangka dirinya adalah pria karena berpakaian seragam prajurit. Oscar tertawa
terbahak-bahak mendengarkan permintaan gadis kumuh itu. “Hei, hei! Coba kau
perhatikan baik-baik. Aku ini juga perempuan. Biarpun gratis juga aku tidak
akan mau…” kata Oscar. Rosalie pun terperangah. Kemudian menangis tersedu-sedu.
Oscar yang merasa iba kepada Rosalie menanyakan nama dan alasan kenapa dia
menjadi seperti itu. Dengan tersedu-sedu, Rosalie pun menceritakan dirinya
sangat membutuhkan uang untuk ibunya yang sakit dan dia belum juga menemukan
pekerjaan. Oscar pun memberikan sekeping uang untuk Rosalie dan menyuruhnya
berjanji untuk tidak melakukan hal bodoh itu lagi. Kemudia Oscar pun pergi.
Rosalie terkejut karena ternyata
sekeping uang itu adalah livre emas. Baginya satu livre itu sangat banyak.
Rosalie berusaha mengejar nona bangsawan yang memberinya satu livre itu. Namun
‘Nona dalam kereta kuda’ itu sudah pergi menjauh dengan kereta kudanya.
Cerita beralih ke kediaman bangsawan
Brandvillier. Jeanne akhirnya menerima cinta Nicolas dan mau menikah dengannya.
Namun Nicolas harus mau menuruti permintaannya untuk membantunya merebut harta
Marquise Brandvillier. Maka malam itu juga mereka melaksanakan rencana itu.
Terjadi kebakaran di rumah Marquise Brandvillier malam itu. Sang Marquise panik
dan berlarian mencari Jeanne untuk menyuruhnya menyelamatkan diri. Namun dia
terkejut melihat Nicolas mendekatinya dengan membawa obor dengan api di
atasnya. Nicolas menjatuhkan api itu kebawah balkon dan membakar karpet dan
sofa. Nicolas kemudian mendekati sang Marquise dan mencekiknya lalu menjatuhkannya
ke kobaran api di bawah balkon. Sang Marquise pun tewas.
Keesokan harinya, Marquise Brandvillier pun
dimakamkan. Jeanne berlagak sedih dengan kematian sang Marquise. Oscar yang
mengunjungi rumah duka merasa heran melihat Jeanne, karena sebelumnya dia tidak
pernah tahu soal Jeanne yang katanya keluarga jauh Marquise Brandvillier dan
merupakan keturunan dinasti valois. Di sana Oscar juga melihat Cardinal Rohan,
yang dulunya merupakan duta prancis untuk Austria, namun karena kegenitannya,
Ratu Marie Therese tidak menyukainya dan memulangkannya ke Prancis. Jeanne
kemudian menyerahkan sebuah amplop berisi surat wasiat Marquise Brandvillier
kepada Cardinal Rohan. Sang cardinal yakin itu adalah tulisan marquise. Padahal
surat itu adalah surat wasiat palsu dengan tulisan tiruan oleh seorang ahli
pemalsu surat bernama Retaux. Di dalam surat itu, tertulis bahwa Marquise
Brandvillier mewariskan seluruh harta kekayaannya kepada Jeanne. Dengan begitu
harta Marquise Brandvillier jatuh ke tangan Jeanne. Sementara itu Oscar merasa
ada yang tidak beres. Oscar mencium gelagat tidak baik pada kedua orang itu.
Mungkin firasat Oscar ini benar karena kedua orang itulah yang akan membuat
malapetaka besar di kemudian hari.
Previous Episode: "The Sun Sets, The Sun Rises"
Next Episode: "Fersen Departs for the Northland"
0 komentar:
Posting Komentar
Merci Beaucoup ^^